Liputan6.com, Seoul - Tengkorak wanita dengan bentuk lonjong yang diperkirakan berumur 1.000 hingga 2.000 tahun, telah ditemukan di Korea Selatan. Menurut para peneliti, kemungkinan besar perempuan itu telah menderita suatu penyakit saat masih hidup.
Para arkeolog meyakini bahwa perempuan itu berasal dari Kerajaan Silla, yang telah memimpin Semenanjung Korea selama hampir 1.000 tahun.
Kerajaan Silla yang memerintah dari 57 SM hingga tahun 935, menjadi salah satu dinasti kerajaan terlama. Banyak kebudayaan modern Korea yang berakar dari budaya Sillia.
Menurut ahli bioantropolog dari Seoul National University College of Medicine, Dong Hoon Shin, walaupun memerintah dalam waktu lama, namun keberadaan tengkorak yang berasal dari zaman itu terbilang jarang.
"Tengkorak tak terawetkan dengan baik di tanah Korea," ujar Shin kepada LiveScience.
BACA JUGA
Namun pada 2013, peneliti berhasil menemukan adanya tengkorak ketika mengekskavasi sebuah makam di dekat Gyeongju, yang dulunya merupakan Ibukota Kerajaan Silla.
Dikutip dari Daily Mail, Kamis (22/6/2016), di dalam peti jenazah tradisional bernamamokgwakmyo, mereka menemukan tulang wanita yang meninggal pada usia akhir 30-an. Menurut analisis, ia diyakini memiliki tinggi badan sekitar 1,55 meter.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang wanita itu, para peneliti mengekstraksi mitokondria DNA -- di mana diturunkan langsung dari sang ibu. Dari hasil analisa, wanita tersebut mengungkap bahwa ia memiliki garis keturunan genetik yang masih ada di Asia Timur masa kini.
Berdasarkan penelitian tambahan yang menggunakan isotop karbon di tengkorak, wanita itu tak memakan daging -- yang diduga kuat berkaitan erat dengan ajaran Buddha pada waktu itu.
Dengan menyatukan bagian wajah dan kepala wanita tersebut, terungkap bahwa ia memiliki bentuk doliocephalic atau berkepala lonjong -- lebar kepala kurang dari 75 persen panjangnya.
Saat ini, terdapat berbagai macam bentuk kepala di wilayah tersebut, di mana sebagian besar orang memiliki bentuk brachycephalic atau kepala datar -- lebar kepala tak kurang dari 80 persen panjangnya.
Walaupun awalnya peneliti mengira bahwa kepala itu sengaja dibentuk seperti itu, namun mereka mengesampingkan perkiraannya.
Tengkorak tersebut tak memiliki tulang pipih di bagian depan, di mana sangat jarang ditemukan pada tengkorak yang sengaja dibuat cacat.
"Tengkorak dalam penelitian ini tak menunjukkan perubahan bentuk pada tengkorak yang cacat," ujar peneliti, Eun Jin Woo, kepada Live Science.
"Dalam hal ini, kami berpikir bahwa kepalanya dianggap normal dalam suatu kelompok," imbuhnya.
SUKAKAN ARTIKEL INI? SHARE!!
Blogger Comment
Facebook Comment